Dongkrak Kunjungan Wisman, Genjot Pengembangan Infrastuktur PUPR di KSPN
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) terus memacu akselerasi pengembangan infrastruktur PUPR di 10 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) prioritas. Dukungan Kementerian PUPR terhadap pengembangan KSPN prioritas, mulai
dari pengembangan infrastruktur di kawasan menuju destinasi wisata serta di dalam kawasan
destinasinya sendiri.
“Seperti memberikan dukungan terhadap sistem konektivitas (jalan,-red) demi dapat memberikan
memudahkan akses menuju KSPN prioritas. Terwujudnya kemudahan akses akan menaikkan tingkat kunjungan
wisatawan,” ungkap Kepala BPIW Kementerian PUPR, Rido Matari Ichwan dalam Forum Diskusi “Kebijakan
Pengembangan Pariwisata: Upaya Pencapaian Target Wisman Sebanyak 20 Juta di Tahun 2019” di Kantor
Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Jakarta, Senin (29/8).
Hadir dalam diskusi tersebut Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Suharso Manoarfa, Direktur
Jenderal (Dirjen) Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Taufik Madjid, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Dadang Rizki, serta perwakilan akademisi dan praktisi
perencanaan.
Rido menambahkan, ada juga dukungan infrastruktur PUPT terhadap pengembangan KSPN prioritas berupa
peningkatan kualitas dan kenyamanan di dalam kawasan destinasi. “Kemudian ada juga sarana hunian
atau perumahan untuk para pekerja di kawasan wisata,” terang Rido.
10 KSPN prioritas tersebut, ungkapnya, KSPN Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Pulau
Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika, Wakatobi, Labuan Bajo dan Morotai. Selain itu,
ada KSPN prioritas tambahan, yakni Toraja dan Mandeh, sehingga totalnya 10+2 KSPN prioritas.
Lebih lanjut Rido menjelaskan, saat ini Kementerian PUPR melakukan pengembangan infrastruktur dengan
metode yang berbasis kewilayahan atau Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Seluruh wilayah yang ada
di Indonesia semuanya telah terkelompokan pada 35 WPS.
“Dukungan terhadap pengembangan KSPN, BPIW melakukan penyusunan Masterplan dan Development Plan
(MPDP) WPS yang memuat program 10 tahunan, 5 tahunan, yang kemudian didetailkan ke dalam program
jangka pendek dan tahunan,” terangnya.
Rido mencontohkan, untuk pembangunan konektivitas di KSPN Danau Toba seperti Pembangunan Jalan TOL
Tebing Tinggi–Siantar–Parapat, pembangunan Jembatan Tano Ponggol di Kab. Samosir, Pembangunan
Jembatan Tano Ponggol di Kab. Samosir. “Untuk setiap KSPN tentu ada pembangunan konektivitasnya,”
terangnya.
Selain itu, lanjutnya, ada juga peningkatan kualitas dan kenyamanan berupa pengelolaan sampah di
destinasi wisata KSPN, pembangunan taman dan kursi-kursi publik dan lainnya, agar dapat menambah
betah wisatawan.
Di tempat sama, Taufik Madjid mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan banyak desa
wisata. “Dalam hal ini kami lebih pada pemberdayaan masyarakat desanya, agar masyarakat desa wisata
siap dalam menerima wisatawan dengan sikap yang lebih baik,” terangnya.
Dengan begitu, lanjut Taufik, Kemendes PDTT dalam mengembangkan desa wisata lebih pada pendampingan
terhadap masyarakat. “Program yang digulirkan beragam pelatihan, mulai dari pengetahuan sikap baik
menerima wisatawan, menjaga kelestarian destinasi wisata dan lainnya,” terang Taufik.
Dadang Rizki menerangkan, saat ini Kementerian Pariwisata telah menetapkan 10 Program Prioritas guna
mencapai target. “Untuk memenuhi target yang ada, Kemenpar telah menetapkan tiga program teratas
yakni Digital Tourism, Homestay Desa Wisata, serta Air Connectivity,” terang Dadang.
Menurutnya, digitalisasi pariwisata merupakan hal yang tidak dapat dihindari karena saat ini siapa
saja dapat menjgakses internet. Diperkirakan 63% dari total perjalanan wisata melalui koneksi
internet. “Trendnya wisatawan itu melakukan riset, memesan tiket dan hotel secara digital saat ini,”
kata Dadang.
Selain itu, lanjutnya, pariwisata tidak dapat lepas dari peran masyarakan sekitar destinasi wisata,
contohnya keberadaan homestay yang melibatkan langsung masyarakat sebagai tuan rumah. Interaksi yang
terjadi di dalam homestay antara pemilik rumah dan wisatawan menjadi atraksi tersendiri bagi
wisatawan, di samping itu dampak ekonomi juga dlrasakan langsung oleh pemilik rumah. “Pembangunan
1000 homestay yang didorong Kementerian Pariwisata dan didukung Kementerian/Lembaga terkait
diharapkan menjadi salah satu quick wins,” terangnya.
Kemudian, konektivitas udara merupakan hal krusial dalam pariwisata. Sebab, mayoritas wisatawan
mancanegara datang melalui bandar udara.
Sebelum mengakhiri rapat, Suharso Manoarfa berharap, seluruh kementerian dan lembaga terkait bisa
terus berkolaborasi dalam mengembangkan sektor pariwisata. Selain itu, kementerian dan lembaga
terkait didorong untuk dapat merangkul swasta. “Intinya kita harus memberikan semangat optimisme
kepada semua pihak dalam pengembangan sektor pariwisata ini,” jelasnya.(ris/infoBPIW)